Disampaikan dalam Road Show Puisi Menolak Korupsi di Sukra Indramayu,
20 Juni 2014
Pemberantasan
korupsi setengah hati
Adalah Indonesia di 2013 ini. Sebuah negeri
yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap dengan
setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukan dalam ketetapan MPR di awal
reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepenjang era ini sampai sekarang
dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi
bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai
pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada
prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan
pemberantasan korupsi.
Semua hanya omong kosong/ bualan , slogan verbalis, dan program ngambang yang
bertujuan untuk membodohi rakyat. Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan
berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa
orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat
dinilai baik.
Harapan rakyat kepada penegak hukum akan pemberantasan korupsi sebetulnya sudah
dipercayakan pada penyelenggara penegakan hukum itu seperti Kepolisian,
Kejaksaan, Kehakiman, sampai KPK, namun rakyat hanya menaruh harapan terus
menerus tanpa melihat hasil yang berdampak pada perubahan karakter bangsa ini.
Malah justru perilaku korup semakin menjadi-jadi. Akhirnya tumpuan harapan
kepercayaan itu makin tak jelas dan akhirnya menjadi masa-bodoh dan akhirnya
terserah saja pada yang menyelenggarakan pemerintah ini.
Bermula
Dunia sastra Indonesia 2013 dikejutkan
dengan adanya karya puisi menolak korupsi yang ditulis oleh sastrawan se
Nusantara. Seperti tersiram hujan semua rumput “nglilir” bergerak dan serentak
dalam satu keinginan untuk negerinya menolak korupsi di Tanah Air ini. Lebih
dari 200 sastrawan dari seluruh penjuru Tanah air terlibat menulis dalam
antologi puisi yang bertema Puisi Menolak Korupsi (PMK). Adalah
Leak Sosiawan (47) sastrawan asal Solo yang memiliki gagasan yang pada mulanya
merupakan kegiatan seni sastra dengan menerbitkan antologi puisi menolak
korupsi kini telah menjadi sebuah gerakan nasional dari kalangan sastrawan yang
merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya korupsi.
Sumbangsih penyair untuk negeri
Dunia menyoroti kita sebagai salah satu negeri terkorup. Negara-negara donatur
sudah geram melihat tingkah pejabat kita yang korup. Media bingung memberitakan
kasus korupsi yang mana yang harus di beritakan pagi hari, karena saking
banyaknya kasus korupsi yang masuk di meja redaksi. Alim ulama tak henti-henti
menggemborkan utuk menyelamatkan negeri ini.
Sesekali tokoh muncul anti korupsi hanya untuk meraih suara, sudah itu ia juga
termasuk dan melakukan korupsi. Lalu yang berteriak lantang membasmi korupsi
kemuadian terikan itu menjadi lagu nostalgia yang membikin orang kantuk. Pendek
kata hanya isapan jempol semata.
Disinilah penyair dengan berbagai keberadaannya yang sama sekali tidak ada
perhatian dari pemerintah, bahkan boleh jadi pada komunitasnya yang
‘terpinggirkan’ dan mungkin ‘terbuang’ ikut memberikan sumbangsih dalam
menyelamatkan negeri ini dari acaman bahaya korupsi. Melalui karya Puisi
Menolak Korupsi mereka suguhkan untuk khalayak masyarakat Indonesia untuk dapat
memberikaa apresiasi terhadap karyanya. Diharapkan melalui karya ini dapat
mengajak masyarakat untuk menolak korupsi di manapun tempat.
Kelihatannya seperti tak ada artinya puisi menolak korupsi atau penyair menolak
korupsi. Penegak hokum yang memiliki
tanggung jawab pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia juga susah
menghadapi masalah korupsi ini, apalagi penyair yang tak punya apa-apa. Ditilik
dari tindakan mungkin belum ada arti, namun melalui puisi menolak korupsi yang
dibaca jutaan manusia Indonesia akan dapat menyentuh hati. Ia tidak saja
sebagai penyejuk atau siraman air untuk otak manusia, tatapi telah memberikan
wacana mendasar bahwa penyair Indonesia telah berbuat untuk negerinya , sebagai
sumbangsih karya untuk Tanah Air tercinta.
Jangan Sampai Korupsi Menjadi Budaya
Masalah korupsi bukankah sudah ada
sejak negara ini berdiri? Namun sebelumnya hal korupsi belum marak seperti sekarang ini. Masalah korupsi hampir
terjadi di setiap pelosok negeri. Pelakunya dari pangkat terendah sampai pucuk
pimpinan, dari pegawai rendahan sampai mentri, dari pejabat tingkat RT sampai
Presiden dan beraneka profesi yang melakukannya. Wabahnya bak penyakit menular
yang juga menyerang mantri pembasmi penyakit itu. Berangkat dari merajalelanya masalah
korupsi yang sudah menasional ini bagaikan sebuah budaya baru yang dilakukan
masyarakat, para penyair merasa prihatin melihat kejadian wabah korupsi yang
terjadi di mana-mana ini.
Mengapa gunakan
puisi
Sebuah pertanyaan kenapa puisinya
yang menolak korupsi tidak penyairnya? Jika ini sebuah gerakan para penyair
kenapa bukan penyair yang harus di depan? Pertanyaan di atas tidaklah harus
disamakan dengan profesi lain. Sebab menurut sejarah, lebih berani tulisannya
ketimbang orangnya. Lebih tajam pena-nya ketimbang lidahnya, lebik kritis
kalimatnya ketimbang pendapatnya. Oleh karena itu para penyair gunakan
produknya sebagai senjata untuk melawan korupsi.
Lebih dari itu sebetulnya produk sastra sangat erat dengan penulisnya.
Undang-undang hak cipta begitu memberi kekuatan yang tak terpisahkan antara
penulis dan karyanya. Jadi sebetulnya produk sastra tersirat dibelakangnya
sosok penulisnya. Jika demikian jelas pesan yang dituangkan dalam karya sastra
sebetulnya adalah hasil pemikiran penulisnya.Puisi menolak korupsi ini otomatis
penyair yang mencipta puisi itu juga menolak korupsi.
Dalam diri hati manusia ada sisi baik dan sisi buruk. Siap orang yang waras
menginginkan kehidupan yang baik. Sisi buruk yang ada hanyalah pembatas utuk
tidak melakukannya. Sisi baik dan buruk slalu seiring pada diri manusia yang
memiliki nafsu. Ini tergantung neracanya. Karena itu sisi buruk manusia perlu
diisi dengan agama, aturan, pendidikan dan norma hidup. Sehingga sisi buruk itu
terbelenggu dan tidak akan keluar dari nafsu manusia. Puisi sebagai karya
sastra memiliki nilai berbagai macam sentuhan hati. sebab puisi yang diciptakan
oleh para penyair terkandung menitipkan pesan-pesan kebaikan yang beraneka.
Ahlak, budi pekerti, budaya luhur, norma adat, peraturan, pantangan dan
sebagainya terdapat dalam puisi. Hampir tiap puisi yang dibuat terkandung unsur
intrinsik pesan-pesan tersebut dan intrinsik inklusif dalam Puisi Menolak
Korupsi adalah masalah korupsi.
Antologi Puisi Terbesar
Penerbitan antologi bersama (PMK) merupakan sebuah
karya buku bersama. Sejak Angkatan Pujangga Baru telah ada penyai-penyair yang
menerbitakan antologi bersama. Isi bisa satu tema, namun juga bisa berbeda tema
atau beraneka tema puisi. Ada berbagai tujuan untuk menbuat antologi bersama: 1.
Memenuhi standar ketebalan buku, 2. mengetengahkan bahwa pemilik gagasan (tema)
bukan oleh seorang penyair tetapi lebih dari seorang penyair dengan maksud
pembaca untuk mengapresiasi lebih terhadap isi yang melekat dengan sosok
penyairnya, 3. Memenuhi angkatan pujangga pada saat itu.4. Memberikan kekuatan
pada buku bahwa buku itu kelak dapat dibaca oleh publik tidak saja fans seorang
sastrawan tertentu, tetapi lebih dari satu sastrawan yang juga memiliki
fans-nya.5. Semangat untuk sebuah gagasan dari isi sebuah pesan. Dan yang
terakhir ini, pada buku PMK ini, saya melihat semangat para penyair untuk
sebuah gagasan (menolak korupsi di Tanah Air) lewat sebuah pesan (isi puisi)
lebih kuat tampaknya. Agaknya Leak Sosiawan tidak memandang siapa penyairnya, dari golongan apa
penyairnya, atau dari mana asal penyairnya yang penting adalah sumbangsih karya
puisi itu. Lebih dari itu Leak Sosiawan telah diterima oleh setiap pengirim
puisi untuk memilah dan menentukan kelayakan sebuah puisi laik terbit. Namun ia
senantiasa menghargai bobot karya dari siapa pun karena memang pertimbangan no.
2 dan 4 di atas dari tujuan membuat puisi bersama. Yang terakhir adalah, bahwa
semua orang bisa melakukan seperti meniru, tetapi orang pertama yang
mencetuskan/menciptakan/menggagas/menelorkan ide itu harus dihargai.
Multi Angkatan
Dalam kurun hapir setengah abad
perjalanan negeri ini (sejak 1966) perjalanan sastrawan kita hanya membuat
karya yang bagus serta kreatifitas karya kekinian (modern) namun sulit dibuat angkatan. Bolehlah pada kritikus
sastra atau sastrawan membuat angkatan kesusastraan, dengan alasan yang
berbeda-beda, Itu sah-sah saja. Angkatan Reformasi, Angkatan 2000 tak menjadi
maslah sejauh referensinya dapat diterima. Di
Antologi PMK terdapat beberapa nama penyair yang terkenal dan termasuk dalam
angkatan-angkatan sastrawan sebelumnya. Seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Tajuddin
Noor Ganie , Isbedy Stiawan ZS, Gol A Gong, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman
dan lain lain yang termasuk dalam angkatan
80-an , angkatan 90-an, atau angkatan
2000 . Bahkan jika dilihat dari usia ada penyair PMK yang berusia 60
tahun dan juga yng masih dibawah usia 30. Meskipun gelombang reformasi mengganti orde baru, karya satra berikut
sastrawannya tidak mengiringi perubahan bangsa ini. Hal demikian dikarenakan
reformasi yang sampai sekarang masih berjalan tersendat-sendat.
Menembus 2,5 Juta Pembaca
Antologi Bersama dapat menjadi sebuah dokumen
sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan
rujukan. Sebagai contoh Antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari
berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia.
Buku Antologi puisi Menolak Korupsi kurang lebih ditulis oleh 284 penyair
Indonesia dan 291 karya peljar atu berjumlah 575 peserta pengisi antologi. Jika
setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar
saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku
antologi-bersama akan menembus ratusan ribu pembaca.
Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari
buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan
menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual
pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang
dibelinya sampai tamat.
Keunggulan buku antologi-bersama secara geografis terkadang memenuhi
keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan
biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan
sastrawan dari berbagai daerah , bahkan daerah terpencil maka semakin banyak
jumlah pembacanya.
Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku
itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah
populair akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai
dikenalkan lewat karya dalam buku itu.
Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada
ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak
dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran
keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur
jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang
tebal-tebal dan mahal.
Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu
menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan penyair peserta
pengisi antologi tetapi karya peserta itu yang diseleksi. Jadi dua hal penting
antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.
Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada
status sosial lain masih demikain rendah. Menempati uriutan kedua adalah
pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para
pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membatu
karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga
jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja! Diantara para pengisi
antologi ini terdapat banyak penyair yang juga berprofesi sebagai pendidik.
Seringkali buku PMK dijadikan bahan ajar
pelajaran sastra di sekolah-sekolah maka bukan mustahil buku yang dicetak terbatas
diperuntukan untuk penulisnya ini banya dibaca siswa. Kemudian
kegiatan-kegiatan peluncuran antologi PMK,
bedah buku PMK, Lomb abaca PMK, serta road Show PMK menambah jumlah
pembaca. Kini kegiatan road Show PMK telah lebih dari 20 tempat dilaksanakan di
Tanah Air.
‘Road
Show’ puisi denyut nadi PMK sepanjang tahun
Belum pernah sebelumnya ada buku antologi
puisi di-‘roadswhow’-kan ke sejumlah kota untuk apa? Apakah belum cukup
populair dengan sekali peluncuran? Apakah belum menyentuh sasaran? Atau ini merupakan roadshow-nya penyair PMK? Jawabnya
adalah seperti dikatakan Sosiawan Leak yakni kemandirian yang menjadi dasar digulirkannya program Road Show
Puisi Menolak Korupsi isi road show bisa dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar,
diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain yang
dilakukan secara otonom di berbagai kota, dikoordinir oleh penyair PMK yang
mukim di kota tersebut. Ini artinya bahwa untuk melaksanakan gerakan PMK itu
dilaksanakan tanpa paksaan dari siapa pun yang turut tergerak hatinya untuk berpartisipasi melawan korpsi
dengan cara kegiatan sastra seperti disebutkan Sosiawan Leak sebagai gerakan sikap
para penyair untuk melwan korupsi dengan caranya.
Bermula di wujudkan dengan road shownya di Makam Proklamator terus
merambah ke kota-kota di seluruh Tanah Air dan pada 27 September 2013 road
shownya VI di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta.
Peserta
Pengisi Antologi Terbanyak dalam sejarah
Siapa-siapa saja mereka (penyair itu yang
terlibat) adalah para penulis puisi dalam antologi Puisi Menolak Korupsi,
mereka adalah :Penyair Indonesia yang
ikut menulis di buku Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid I
:1. Abdurrahman El Husaini (Martapura)2. Acep
Syahril (Indramayu)3. Agus R Sardjono (Jakarta)4. Agus Sri Danardana
(Pekanbaru)5. Ahmad Daladi (Magelang)6. Ahmadun Y Herfanda (Jakarta)7. Akaha
Taufan Aminudin (Batu, Malang)8. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)9. Aloysius
Slamet Widodo (Jakarta)10. Aming Aminudin (Surabaya)11. Andreas Kristoko
(Yogja)12. Andrias Edison (Blitar)13. Andrik Purwasito (Solo)14. Anggoro
Suprapto (Semarang)15. Ardi Susanti (Tulungagung)16. Arsyad Indradi
(Banjarbaru)17. Asyari Muhammad (Jepara)18. Ayu Cipta (Tangerang)19. Bagus Putu
Parto (Blitar)20. Bambang Eka Prasetya (Magelang)21. Bambang Supranoto
(Cepu)22. Bambang Widiatmoko (Bekasi)23. Beni Setia (Caruban)24. Bontot
Sukandar (Tegal)25. Brigita Neny Anggraeni (Semarang)26. Budhi Setyawan
(Bekasi)27. Dedet Setiadi (Magelang)28. Denni Meilizon (Padang)29. Dharmadi
(Purwokerto)30. Didid Endro S (Jepara)31. Dimas Arika Mihardja (Jambi)32. Dona
Anovita (Surabaya)33. Dwi Ery Santosa (Tegal)34. Dyah Setyawati (Tegal)35. Eka
Pradhaning (Magelang)36. Eko Widianto (Jepara)37. Ekohm Abiyasa (Solo)38.
Endang Setiyaningsih (Bogor)39. Endang Supriyadi (Depok)40. Gunawan Tri Admojo
(Solo)41. Handry Tm (Semarang)42. Hardho Sayoko Spb (Ngawi)43. Heru Mugiarso
(Semarang)44. Hilda Rumambi (Palu)45. Irma Yuliana (Kudusan, Jawa Tengah)46. Isbedy
Stiawan ZS (Lampung)47. Jamal D Rahman (Jakarta)48. Jhon F.S. Pane
(Kotabaru)49. Jumari HS (Kudus)50. Kidung Purnama (Ciamis, Jawa Barat)51. Kun
Cahyono Ps (Wonosobo)52. Kuspriyanto Namma (Ngawi)53. Lailatul Kiptiyah
(Blitar)54. Lennon Machali (Gresik)55. Lukni Maulana (Semarang)56. M. Enthieh
Mudakir (Tegal)57. Mubaqi Abdullah (Semarang)58. Najibul Mahbub (Pekalongan)59.
Nurngudiono (Tegal)60. Oscar Amran (Bogor)61. Puji Pistols (Pati)62. Puput
Amiranti (Blitar)63. Puspita Ann (Solo)64. Radar Panca Dahana (Jakarta)65.
Ribut Achwandi (Pekalongan)66. Ribut Basuki (Surabaya)67. Rohmat Djoko Prakosa
(Surabaya)68. Saiful Bahri (Aceh)69. Sosiawan Leak (Solo)70. Sudarmono
(Bekasi)71. Sulis Bambang (Semarang)72. Sumasno Hadi (Banjarmasin)73. Surya
Hardi (Pekanbaru)74. Sus S Hardjono (Sragen)75. Suyitna Ethex (Mojokerto)76.
Syam Chandra (Yogyakarta)77. Syarifuddin Arifin (Padang)78. Thomas Budi Santoso
(Kudus)79. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)80. Tri Lara Prasetya Rina
(Bali)81. Udik Agus Dw (Jepara)82. W. Haryanto (Blitar)83. Wardjito Soeharso
(Semarang)84. Yudhie Yarco (Jepara)85. Zainul Walid (Situbondo)
Penyair
Indonesia yang ikut menulis di buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid
II (IIa dan IIb)
Antologi PMK Jilid 2: 1. A. Ganjar Sudibyo (Semarang)2. A’yat Khalili
(Sumenep)3. Aan Setiawan (Banjarbaru)4. Abah Yoyok (Tangerang)5. Abdul Aziz H.
M. El Basyroh (Indramayu)6. Abdurrahman El Husaini (Martapura)7. Acep Zamzam
Noor (Tasikmalaya)8. Ade Ubaidil (Cilegon)9. Adi Rosadi (Cianjur)10. Agus R.
Subagyo (Nganjuk)11. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)12. Agus Sri Danardana
(Pekanbaru)13. Agus Warsono (Indramayu)14. Agustav Triono (Purwokerto)15.
Agustinus (Purbalingga)16. Ahlul Hukmi (Dumai)17. Ahmad Ardian (Pangkep)18.
Ahmad Daladi (Magelang)19. Ahmad Samuel Jogawi (Pekalongan)20. Ahmadun Yosi
Herfanda (Jakarta)21. Akaha Taufan Aminudin (Batu)22. Akhmad Nurhadi Moekri
(Sumenep)23. Alex R. Nainggolan (Tangerang)24. Ali Syamsudin Arsi
(Banjarbaru)25. Allief Zam Billah (Rembang)26. Aloeth Pathi (Pati)27. Alya
Salaisha-Sinta (Cikarang)28. Aming Aminudin (Mojokerto)29. Andreas Kristoko
(Yogjakarta)30. Andrias Edison (Blitar)31. Anggoro Suprapto (Semarang)32. Anna
Mariyana (Banjarmasin)33. Ansar Basuki Balasikh (Cilacap)34. Arba’ Karomaini
(Pati)35. Ardi Susanti (Tulungagung)36. Ardian Je (Serang)37. Arsyad Indradi
(Banjarbaru)38. Asdar Muis R. M. S.(Makassar)39. Asmoro Al Fahrabi
(Pasuruan)40. Asril Koto (Padang)41. Asyari Muhammad (Jepara)42. Autar Abdillah
(Sidoarjo)43. Ayu Cipta (Tangerang)44. Badaruddin Amir (Barru)45. Bambang Eka
Prasetya (Magelang)46. Bambang Karno (Wonogiri)47. Barlean Bagus S. A.
(Jember)48. Bontot Sukandar (Tegal)49. Budhi Setyawan (Bekasi)50. Chafidh
Nugroho (Kudus)51. D. G. Kumarsana (Lombok Barat)52. Darman D. Hoeri (Malang)53.
Daryat Arya (Cilacap)54. Denni Melizon (Padang)55. Denny Mizhar (Malang)56.
Diah Rofika (Berlin)57. Diah Setyawati (Tegal)58. Diana Roosetindaro (Solo)59.
Didid Endro S. (Jepara)60. Dimas Arika Mihardja (Jambi)61. Dimas Indiana Senja
(Brebes)62. Dini S. Setyowati (Amsterdam)63. Dinullah Rayes (Sumbawa Besar)64.
Dulrohim (Purworejo)65. Dwi Ery Santoso (Tegal)66. Dwi Haryanta (Jakarta)67.
Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi)68. Dyah Narang Huth (Hamburg)69. Eddie
MNS-Soemanto (Padang)70. Edy Saputra (Blitar)71. Efendi Saleh (Blitar)72. Eka
Pradhaning (Magelang)73. Emha Jayabrata (Pekalongan)74. Endang Setiyaningsih
(Bogor)75. Endang Supriyadi (Depok)76. Euis Herni Ismail (Subang)77. Fahrurraji
Asmuni (Amuntai)78. Faizy Mahmoed Haly (Semarang)79. Fakrunnas M. A. Jabbar
(Pekanbaru)80. Fatah Rastafara (Pekalongan)81. Felix Nesi (Nusa Tenggara
Timur)82. Fendy A. Bura Raja (Sumenep)83. Ferdi Afrar (Sidoarjo)84. Fikar W.
Eda (Aceh)85. Fransiska Ambar Kristyani (Semarang)86. Gia Setiawati Mokobela
(Kotamobagu)87. Gol A Gong (Serang)88. Habibullah Hamim (Pasuruan)89. Hadikawa
(Banjarbaru)90. Haidar Hafeez (Pasuruan)91. Hardho Sayoko Spb. (Ngawi)92.
Haryono Soekiran (Purbalingga)93. Hasan B. Saidi (Batam)94. Hasan Bisri B. F.
C. (Jakarta)95. Hasta Indriyana (Bandung)96. Heny Gunanto (Pemalang)97. Herman
Syahara (Jakarta)98. Heru Mugiarso (Semarang)99. Hidayat Raharja (Sumenep)100.
Husnu Abadi (Pekanbaru)101. Iberamsayah Barbary (Banjarbaru)102. Ibramsyah
Amandit (Barito Kuala)103. Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung)104. Jefri Widodo
(Ngawi)105. Jhon F. Pane (Kotabaru)106. Johan Bhimo (Sragen)107. Joko Wahono
(Sragen)108. Jose Rizal Manua (Jakarta)109. Joshua Igho (Tegal)110. Jumari H.
S. (Kudus)111. Juperta Panji Utama (Lampung)112. Kalsum Belgis (Martapura)113.
Ken Hanggara (Pasuruan)114. Kidung Purnama (Ciamis)115. Kusdaryoko
(Banjarnegara)116. Lara Prasetya Rina (Denpasar)117. Linda Ramsita Nasir
(Bekasi)118. Lukman Mahbubi (Sumenep)119. M. Amin Mustika Muda (Barito
Kuala)120. M. Andi Virman (Purwokerto)121. M. Enthieh Mudakir (Tegal)122. M.
Faizi (Sumenep, Madura)123. M. Syarifuddin (Jember)124. M. L. Budi Agung
(Temanggung)125. Maria Roeslie (Samarinda)126. Marlin Dinamikanto (Jakarta)127.
Melur Seruni (Singapura)128. Memed Gunawan (Jakarta)129. Micha Adiatma
(Solo)130. Mubaqi Abdullah (Semarang)131. Muhammad Rain (Langsa)132. Muhammad
Rois Rinaldi (Cilegon)133. Muhammad Zaini Ratuloli (Bekasi)134. Muhary Wahyu
Nurba (Makassar)135. Muhtar S. Hidayat (Blora)136. Mustofa W. Hasyim
(Yogjakarta)137. Nabilla Nailur Rohmah (Malang)138. Najibul Mahbub
(Pekalongan)139. Nike Aditya Putri (Cilacap)140. Novy Noorhayati Syahfida
(Tangerang)141. Nurochman Sudibyo Y. S. (Indramayu)142. Pekik Sat Siswonirmolo
(Kebumen)143. Priyo Pambudi Utomo (Trenggalek)144. R. B. Edi Pramono
(Yogyakarta)145. R. Giryadi (Sidoarjo)146. R. Valentina Sagala (Bandung)147.
Rezqie Muhammad Al Fajar (Banjarmasin)148. Ribut Achwandi (Pekalongan)149.
Ribut Basuki (Surabaya)150. Rini Ganefa (Semarang)151. Rivai Adi (Jakarta)152.
Riyanto (Purwokerto)153. Rohseno Aji Affandi (Solo)154. Rosiana Putri
(Banjarbaru)155. Rudi Yesus (Yogjakarta)156. S. A. Susilowati (Semarang)157.
Sabahuddin Senin (Kinabalu)158. Saiful Bahri (Aceh)159. Saiful Hadjar
(Surabaya)160. Samsuni Sarman (Banjarmasin)161. Sayyid Fahmi Alathas (Lampung)162.
Serunie (Solo)163. Soekoso D. M. (Purworejo)164. Soetan Radjo Pamoentjak
(Batusangkar)165. Sri Wahyuni (Gresik)166. Sulis Bambang (Semarang)167.
Sumanang Tirtasujana (Purworejo)168. Sumasno Hadi (Banjarbaru)169. Sunaryo
Broto (Kaltim)170. Suroto S. Toto (Purworejo)171. Surya Hardi (Riau)172. Sus S.
Hardjono (Sragen)173. Sutardji Calzoum Bahcri (Jakarta)174. Suyitno Ethexs
(Mojokerto)175. Syafrizal Sahrun (Medan)176. Tajuddin Noor Ganie
(Banjarmasin)177. Tan Tjin Siong (Surabaya)178. Tarmizi Rumahitam (Batam)179.
Tarni Kasanpawiro (Bekasi)180. Tengsoe Tjahjono (Surabaya)181. Thomas Haryanto
Soekiran (Purworejo)182. Titik Kartitiani (Tangerang)183. Toto St. Radik
(Serang)184. Turiyo Ragilputra (Kebumen)185. Udik Agus Dhewe (Jepara)186. Udo
Z. Karzi (Lampung)187. Wahyu Prihantoro (Ngawi)188. Wahyu Subakdiono
(Bojonegoro)189. Wanto Tirta (Ajibarang)190. Wardjito Soeharso (Semarang)191.
Wawan Hamzah Arfan (Cirebon)192. Wawan Kurn (Makassar)193. Wijaya Heru Santosa
(Kutoarjo)194. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang)195. Yanusa Nugroho (Tangerang)196.
Yatim Ahmad (Kinabalu)197. Yogira Yogaswara (Bandung)198. Yudhie Yarcho
(Jepara)199. Zubaidah Djohar (Aceh). Disamping para penyair tersebut
diatas juga memunculkan Penerbitan Buku Puisi Menolak Korupsi Jilid
3 karya pelajar Indonesia , mereka adalah :1. A. Habiburrahman (Sumenep)2. A. Kafi Febrian
(Sumenep)3. Abdul
Azis Pane (Deli Serdang)4.
Abi Ortega (Pangkalan Kerinci, Riau)5. Aeni Krismonika (Purbalingga)6. Afifatus Sa’diah
(Jember)7. Agil
Vina Febriana (Salatiga)8.
Agri Satrio Adi Nugroho (Sukoharjo)9. Ahmad Alfi (Surakarta)10. Ahmad Khoirur
Roziq (Kediri)11. Ahmad
Latief Ansory (Palembang)12.
Ahmad Saugi Andrian P. (Tangerang)13. Ahnafudin Toha (Semarang)14. Ahshalia Ayu
Aghnia (Pekalongan)15. Aida
Kurniasih (Banyumas)16. Aisyah
Rachma (Surabaya)17. Aji
Rahmat Imanudin (Bojonegoro)18. Aji Tanda19. Alanwari (Bogor)20. Alfianingsih
(Purbalingga)21. Alimatus
Saadiyah (Ngawi)22. Amalia
Nurus Syifa (Banyumas)23. Amazona
Mega Ramadhanty (Cilacap)24.
Amir F. A. (Sumenep)25. Anastasia Sita Wulandari (Gunung Kidul)26. Andi Wijaksono
(Purbalingga)27. Andika
(Banyumas)28. Andrian
Eka Saputra (Boyolali)29. Andy
Putra Ramadhan (Semarang)30.
Angga Anggriawan (Ciamis)31. Angga Tri Andriyono (Banyumas)32. Anis Ilahy Nafsi (Ngawi)33. Anisa Wulansari
(Balikpapan)34. Annas
Tunggal (Ngawi)35. Anurul
Islami (Banyumas)36. Ardiyah
(Banjarnegara)37. Arif
Budiman (Lamongan)38. Arifah
Hasin Haluqi (Banyumas)39.
Arina Sabila Najah (Pasuruan)40. Asmoro Al-fahrabi (Pasuruan)41. Assa Levina
(Banyumas)42. Astiwi
Safitri (Pinrang, Sulsel)43.
Audi Ariaji Harahap (Medan)44. Aulia Nur Fadilah (Banyumas)45. Aulia Qurrotu
Aini (Karanganyar)46. Aulia
Widyanagara (Bojonegoro)47.
Avivatus Sa'diyah (Jember)48. Ayu Ana Widiastutik (Sumenep)49. Ayunda Bilqish
Alfiatussyifa (Bojonegoro)50. Badruz Zaman (Sumenep). Bella Fitriana Handayani (Bekasi)52. Bima Sarutobi53. Catur Hari Mukti
(Sragen)54. Chaoril
Imam (Surakarta)55. Chandra
Adhi Susanto (Ngawi)56. Charis
(Banyumas)57. Chatarina
Dewi Anggraeni (Purworejo)58. Daniswari Anggadewi (Surakarta). Daviatul Umam
el-S (Sumenep)60. David
Rizaldi (Sragen)61. Dedy
Yusuf Evendi (Pasuruan). Della
Oktaviani Sorongan (Bekasi)63. Desiya Nailil Muna (Kudus)64. Deva Lili Fiana
(Banyumas)65. Devi
Anggereni (Purbalingga)66.
Dewi Lestari (Kudus)67. Dewi Munfachiroh (Pasuruan)68. Dewi Nafiah
(Banyumas)69. Dewi
R. (Banyumas)70. Dewi
Retno Putri Pradana (Jember)71. Dewi Sulistyowati (Salatiga)72. Dewinta P.
(Banyumas)73. Dhia
Asa Imtinan (Pekalongan)74.
Diah Pratiwi (Banyumas)75. Dian Ilmi (Pekalongan)76. Dian Novita Arum
Sari (Nganjuk)77. Diana
Khasna Nisrina (Batang)78.
Diantini79. Dika
Bhakti (Bojonegoro)80. Dina
(Banyumas)81. Dwi
Ari Sulistiyani (Banyumas)82. Dwi Ayu Wandirah (Purbalingga)83. Dwi Roro Asih
(Banyumas)84. Dwiana
Nur Rizki Hanifah (Banyumas)85. Eka Ervina Ari Ardana (Nganjuk)86. Ela Fuji Lestari
(Semarang)87. Elis
Alvirawati (Sragen)88. Elisabeth
Sabrina P.S. (Banyumas)89.
Ervina Ruth Priya Sambada (Boyolali)90. Estri Tirta Titis
Pinasthi (Ngawi)91. Evadatul
Khusnah92. Evi
Oktaviani (Banyumas)93. Fahri
(Banyumas)94. Faiqotul
Himmah (Pasuruan)95. Faiza
Ainia (Banyumas)96. Fajar
Aji Pamungkas (Banyumas)97.
Fathan Dikha Muttaqin (Tulungagung)98. Fatimatul Chabibah (Pasuruan)99. Febri Yani
Rustanti100. Filujeng
Nur Rochma (Ngawi)101. Firdha
Avivia P. K. (Sragen)102. Fitri
Kurniawati (Ngawi)103. Fitri
Riyanti (Banyumas)104. Fridolfna
Nahong (Manggarai, NTT)105.
Galuh Prima Sabarina (Banyumas)106. Galuh Rahma (Ngawi)107. Garita Esa M.
(Banyumas)108. Gilbertus
Luki Targau (Manggarai, NTT)109. Hafid Rois Al Ahsan (Sragen)
110. Hanida Salsabila (Banyumas)111. Hanifah Annuru
Masruroh (Nganjuk)112. Hansen
Sunaryangga (Brebes)113. Hanu
Neda Septian (Banyumas)114.
Harrits Rizqi Budiman (Malang)115. Hasna Rosikhatun Nasika (Kediri)116. Helda Kristi
Seimahuira (Ambon)117. Hendi
Aryo Bastian (Banyumas)118.
Heni Puspitasari (Gunung Kidul)119. Hestina PH (Banyumas)120. Hidayah Sumiyani
(Tuban)121. Hilmun
Al Ghumaydha (Ngawi)122. Husein
(Banyumas)123. Ibnu
Akthailan (Banyumas)124. Ifa
Nur Cahyani (Banyumas)125.
Iffah Mahiratun Nisa (Sragen)126. Iin Yulita Sari (Ngawi)127. Ike Silviaranchi
(Banyumas)128. Irma
Oktiyar Diani (Banyumas)129.
Irma Yusianti (Banyumas)130. Ismailia (Pasuruan)131. Ismiyatul Faizah
(Ngawi)132. Istiqlal
Fauzan Hidayat (Tegal)133.
Itsna Agustin Nur R. (Banyumas)134. Izra (Banyumas)135. Jauharie Maulidie
(Sumenep)136. Kartika
Rahmarani (Banjarnegara). Kartika
Rochmawati (Ngawi)138. Khansa
Salsabilla A. (Banyuwangi)139. Khollatul Jalilah (Sumenep)
140. Khusnul Ihda Muslikah (Trenggalek)141. Kiki Novitasari
(Pasuruan)142. Kuni
Zakiyah Rahmadhani (Banyuwangi) 143. Laila Nailu Rahmatika (Ngawi)144. Laila Nur Ainiyah
(Nganjuk)145. Laila
Nur Azizah (Banyumas)
146. Legita (Banyumas)147. Lina Alfiani
(Ciamis)148. Linda
Purwanti (Purbalingga)149.
Linda Puspita Dewi (Sragen)
150. Lisa Aryati (Banjarnegara)151. Livia Arizka
(Banjarnegara)152. Lucky
Windya Mawarni (Ngawi)153.
Lukiyati Ningsih (Mojokerto)154. Lum'atun Nikmah (Pati)155. Lusi Sukmawati
(Pekalongan)156. Luthfiyah
Amani (Banyumas)157. M.
Ridho Ilahi (Palembang)158.
M. Rofil Zainuri (Sumenep)159. M. Sirojuddin (Pasuruan)160. Ma’ruf
Wahyudin (Blora)161.
Malik Susanto (Pekalongan)162. Marisa Nurhayati (Magelang)163. Martinus Tundu
(Manggarai, NTT)164. Matahari
Adi. S. B. (Jombang)165. Maulida
Solekhah (Nganjuk)166. Maulina
Fikriyah (Pasuruan)167. Mega
Fitria Trisnasari (Ngawi)168. Mentari Cesari Pangestika (Purbalingga)169. Mey Nur Hikmah
(Banyumas)170. Miftahul
Khoiriyah (Nganjuk)171. Minati
Dwi Vinasih (Sragen)172. Mirna
Nuraisyah (Ciamis)173. Mirnawati
(Banyumas)174. Moh.
Syarif Muzammil (Sumenep)175. Moh. Yasid (Sumenep)176. Mohammad Ahlisil Haq (Gresik)177. Mohammad Kholili
(Sumenep)178. Mufti
Aji Panuntun (Banyumas)179.
Muhamad Fathan Mubin (Serang)180. Muhammad As’ad (Pasuruan)181. Muhammad Baghiz
Arom-rom (Banyumas). Muhammad
Habibullah (Pasuruan). Muhammad
Hafeedz Amar Rishka (Indramayu)184. Muhammad Irfan Aziz (Pasuruan)
185. Muhammad Juroimi (Pasuruan)186. Muhammad Rifqi
Saifudin (Barito Kuala, Kalsel)187. Muhammad Zha’farudin Pudya Wardana
(Malang)188. Muliyana
Nurjanah (Purbalingga)189.
Nabila (Martapura)190. Nabila Bunga Ratu Piara Dicinta
(Banyumas)191. Nabila
Ramadhani Zain (Banyumas)192. Nahdliyah Furri Utami (Tegal)193. Naila Salsabila
(Sragen)194. Nailil
(Banyumas)195. Nara
Latif (Banjarnegara)196. Nely
Rosyalina Agustin (Banyumas)197. Nida Nurunnisa (Ciamis)198. Nisrina Yusha S.
(Banyumas)199. Niswatul
Badiah (Pasuruan)200. Nita
Kamila (Jepara)201. Nofika
Rahmayani (Nganjuk)202. Novalia
Meta F (Purbalingga)203. Novi
Justika Harini (Ngawi)204.
Novi Setyowati (Wonosobo)205. Nur Lailatul Rahni (Deli Serdang)206. Nur Laili Indah
Sari (Banyumas)207. Nur
Silvi Nafsila (Banyumas)208.
Nur Widowati (Cirebon)209. Nurfita Dwi Lestari (Jepara)210. Nursandrawali
Gosul (Bantaeng, Sulsel)211.
Nurul Fajariyana (Banyumas)212. Nurul Fajri Khoirunnisa (Magelang)213. Nurul Hayati
(Banyumas)214. Nurul
Hidayah (Sragen)215. Nurul
Miftah Awaliyah (Banyumas)216. Nurul Rahmawati (Ngawi)217. Pandi Zakaria
(Brebes)218. Penti
Aprianti (Ciamis)219. Pradiana
Setianingrum (Semarang)220.
Puri Elviana (Bandung)221. Putri Ageng Pinareng222. Putri Agus Yuli
Yanti (Nganjuk)223. Putri
Dikha Syahirah (Tulungagung)224. Putri Handika (Banyumas)225. Putri Kartika
Sari (Kediri)226. Qistia
Ummah Khasanah (Tuban)227.
Rahma Mamlu’atul Maula (Kediri)228. Rahmawatun S. (Sukoharjo)229. Ratna Ulfa Artati
(Pekalongan)230. Recha
Melia (Purworejo)231. Restu
Ade Kurniawan (Pati)232. Reza
Siskana Lia (Jepara)233. Reza
Sulkhaerah A. Semmagga (Barru)234. Ririn D. U.235. Rischa Setyaningrum (Ngawi)236. Riski Mei Yana
Suci (Purbalingga)237. Risqiana
Imarotul Ainiyah (Nganjuk)238. Rizka Melyana (Purbalingga)239. Rizka Novita
Wardani (Ngawi)240. Rizki
Dwi Utami (Bogor)241. Robi
Husnimubaroq (Sumedang)242.
Robiyatun (Sragen)243. Roro Ajeng Olga Dewi Wulan (Ngawi)244. Rosyidatul Auliya
(Pasuruan)245. Sari
Nurfatwa Hakim (Ciamis)246.
Satrio Dwi Sanjaya (Malang)247. Sausan Syah Muz’shofiyya (Nganjuk)248. Septi Tri R.
(Banyumas)249. Shella
(Jepara)250. Shielvia
(Banyumas)251. Sigit
Nur Pratama (Banyumas)252.
Silvy Damayanti (Ciamis)253. Sindi Violinda (Medan). Siti Mazroatul H.
(Rembang)255. Siti
Nailah (Sumenep)256. Siti
Nur Afifah (Ngawi)257. Sonya
Novisca Wijaya (Palembang)258. Sri Bulan Cahya Hartati Ningsih (Kediri)259. Suci Triana Putri
(Bantaeng, Sulsel). Sucirahmawati
(Banyumas)261. Sufyan
Tsauri (Sumenep)262. Sugiati
Surya Dewi (Pasuruan)263. Sukma
Ningrum Dian Anggraeni (Purworejo)264. Sulaiman Alfian (Pasuruan)265. Syaiful Azhar
(Sragen)266. Syaiful
Bachri (Sumenep)267. Syifa
Mutiara Salsabila (Banyumas)268. Tarisa Fika Rahayu (Banyumas)269. Taufik Ardiansyah
(Ciamis)270. Thania
(Salatiga)271. Titin
Trianti (Bojonegoro)272. Tri
Widya Putri Lestari (Purbalingga)273. Ulfah Nurul Hidayah (Banyumas)274. Umi Nafisah
(Banjarnegara)275. Ummamul
Fatina (Ngawi). Uuli
Kufita Imtikhana (Kudus)277.
Vivi Yantri Halimatus Sa'diyah (Banyumas)278. Wahyu Tri S
(Ngawi)279. Wida
Marliana (Banjarnegara)280.
Widad T. A. (Banyumas)281. Winda Nursita (Banyumas)282. Windani Afni
Nurlaeli (Banyumas)283. Wisma
Nantha (Purworejo)284. Wiwit
Prihatini (Banyumas)285. Yuli
Setiawati (Jakarta Timur)286. Yunisma Sulala (Banyuwangi)287. YunitaLuthfiani
(Kudus)288. Yusrina
Nur (Pekalongan)289. Yutik
Ayatun Khasanah (Sragen)290.
Yutri Linoku Liyu (Bandung)291. Zain Rochmatiningsih (Tulungagung)
Rujukan :1. "Sastrawan Angkatan 2000". Korrie Layun Rampan Gramedia
Jakarta2000;2. Antologi PMK jilis 1, 2a, 2b , Karya Pelajar Forum Sastra
Surakarta. 2013/2014.